Seluk Beluk Ilmu Seksologi yang Selalu Dianggap Tabu

St Louis, AS, Selama ratusan tahun, ilmu yang berkaitan dengan permasalahan seksualitas manusia selalu dianggap tabu dan tidak pantas untuk diusik-usik. Inilah dia dokter yang berani mengulik-ngulik masalah seks dari sisi biologi, urologi dan kedokteran.

Dialah Dr William Howell Masters, perintis dan orang pertama yang mempelajari tentang anatomi dan fisiologi seksualitas manusia di laboratorium pada 1956. Laporan hasil penelitiannya yang sangat kontroversi bahkan banyak menuai kritikan.

Masters lahir pada 27 Desember 1915 di Cleveland, Ohio. Ia belajar di sekolah umum di Kansas City hingga kelas delapan kemudian melanjutkan di Lawrenceville School di Lawrenceville, New Jersey.

Ketertarikannya pada ilmu yang berkaitan dengan seksualitas bermula sejak ia masuk University of Rochester School of Medicine dan mulai bekerja di laboratorium Dr George Corner, yang membandingkan dan mempelajari saluran reproduksi hewan dan manusia.

Selama tahun pertama sekolah kedokteran, Masters menjadi tertarik pada seksualitas karena belum diselidiki secara ilmiah fungsi fisiologinya.

Saat itu, kalangan akademisi masih menganggap tabu dan tidak ada yang mau mengusik permasalahan seksualitas manusia. Pengaruh budaya dan agama orthodox amat kuat membelenggu upaya penelitian kehidupan seksual manusia.

Awalnya, Masters menjadi tertarik pada pekerjaan Dr Alfred Kinsey, profesor zoologi University of Indiana yang telah mewawancarai ribuan pria dan wanita tentang pengalaman seksualnya.

Untuk mempersiapkan penelitiannya, ia mulai bekerja di bagian ginekologi di St Louis Hospital dan Barnes Hospital di St Louis, AS. Dia juga bekerja di bagian patologi di Washington University School of Medicine.

Baru pada tahun 1954, Masters memutuskan bahwa ia siap untuk melakukan penelitian tentang fisiologi seksual. Ia prihatin dengan sedikitnya informasi tentang seksualitas di kalangan profesi medis yang diterapkan untuk memahami masalah-masalah pasien.

Masters mendapat izin dari Washington University School of Medicine untuk memulai serangkaian percobaan perintis yang diam-diam disebut reproduksi biologi.

Dilansir Independent, Selasa (30/11/2010), subjek pertama Masters adalah pelacur wanita dan pria. Ia mempelajari sosioseksual dan riwayat kesehatan dari subjek, serta juga mengamati dan mengukur respons fisiologis untuk gairah seksual.

Dalam waktu 15 tahun sejak pertengahan tahun 1950-an, ia merekam hasil laboratorium dan analisis pola reaktif untuk rangsangan seksual yang efektif pada sejumlah besar pria dan wanita.

Penelitian ini memberikan dasar untuk kerja terapi seksual selama beberapa dekade. Dalam melakukan penelitian ini, ia dibantu oleh rekan peneliti pertama yang sekaligus menjadi istrinya, Virginia Eshelman Johnson.

Pada tahun 1966 hasil penelitian Masters dan Johnson diterbitkan dengan judul Human Sexual Response. Buku ini menuai sensasi dan kontroversi, namun hal tersebut malah membuat buku ini sangat populer. Dalam buku keduanya, Human Sexual Inadequacy (1970), Masters membahas tentang impotensi.

Meski menuai banyak kritik, ia tetap melanjutkan penelitian seksologinya. Pada tahun 1979 Masters dan Johnson mempelajari dan menggambarkan respons seksual kaum homoseksual dan lesbian yang hasilnya dipublikasikan dalam Homosexuality in Perspective.

Kontroversi lebih lanjut pada pekerjaannya terjadi pada tahun 1988, saat Masters dan Johnson menulis sebuah buku berjudul Crisis: Heterosexual Behavior in the Age of AIDS. Beberapa anggota komunitas medis bahkan sangat mengutuk penelitian ini.

Namun, upaya Masters untuk merintis dan membuat penelitian ilmiah dengan subjek seksualitas manusia akhirnya mendapat penghargaan Paul H. Hoch Award dari American Psychopathic Association pada tahun 1971. Serta sebuah penghargaan Sex Information and Education Council of the United States (SIECUS) di 1972 dan tiga penghargaan bergengsi lainnya.

Ia juga tergabung dalam American Association for the Advancement of Science (AAAS), American Fertility Society, dan beberapa asosiasi medis lainnya.

Dengan ketekunannya, orang kini tahu bahwa seks bukan sekedar pembuahan alias bikin anak, tapi juga cara untuk mencapai kebahagiaan lahir
Category: 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

Blog Archive